Tampilkan postingan dengan label Agama Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agama Islam. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 April 2012

Tauhid


Tauhid
       Pemateri : Rustam S.pd
Tauhid ialah mengesakan Allah atau  mempercayai kebesaran allah dari segi perbuatannya. Perbuatannya yaitu menciptakan makhluk. Esa artinya satu. Yang artinya Allah itu hanya satu.
Tauhid terbagi 3 yaitu:
a.Tauhid Rububiyah
Artinya mempercayai tentang keesaan Allah SWT dalam segi perbuatannya.
Qs. Al Baqarah 21yang artinya:
“Wahai manusia sembahlah tuhanmu yang telah mnciptakan kamu dan orang- orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Qs. Al Fatihah 2 yang artinya :
                        “segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam “
b.Tauhid uluhiyyah
Artinya mengesahkan Allah dari segi penyembahan.
Qs. Al Fatihah 5 yang artinya :
“Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan hanya kepada engkaulah kami memohon pertolongan”
Qs. Al- Jumuah 5-6
5. “Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya adalah seperti keledai yang membawa kitab- kitab yang tebal .Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat- ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang – orang yang dzalim.
6. “ Katakanlah (Muhammad ) “ wahai orang- orang yahudi ! jika kamu mengira bahwa kamuulah kekasih Allah bukan orang-orang yang lain,maka harapkanlah kematianmu, jika kamu orang yang benar.
c.  Tauhid As-Syifa
Artinya mengesakan Allah dari segi nama –nama dan sifatnya.
Aqidah (keimanan)
Menurut bahasa Aqidah berasal kata
Al Qaddu : ikatan, Attaziquh : kepercayaan, Al- ikhkamuh : menetapkan, Ar- raqhu : ikatan yang kuat

Musyawarah


Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur khadirat allah SWT, atas kesehatan dan kesempatan yang telah Ia berikan. Salam dan  shalawat atas junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari alam yang gelap gulita menuju ke alam yang terang benderang.
Assalamualaikum Wr.Wb…..
Berbicara masalah musyawarah Pada jaman dahulu perbedaan pendapat lebih banyak berwujud dalam tataraan kenyataan praktis dan penerapaan lapangan dibandingkan pada tingkatan teori dan pemikiran. Adapun pada jaman sekarang perbedaan tersebut hanya terbatas pada tataran pemikiran, tidak melampaui tingkat pertengkaran ucapan dan argumentasi teoritis.
Partisipasi kita di dalam menyelesaikan pertengkaran ialah dengan cara kita akan mendiskusikan penunjukkan (dilâlah) ayat-ayat musyawarah (syura) yang terdapat di dalam Al-Qur'an yang dijadikan sandaran oleh kalangan Ahlus Sunnah di dalam pandangan mereka.
Allah SWT berfirman,
"Maka disebabkan rahmat dan Allahlah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkaniah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (QS. Ali Imran: 159)
"Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Danjika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. al-Baqarah: 233)
"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. " (QS. asy-Syura: 38)
Tidak diragukan, bahwa dalam masalah yang seperti ini kaum Muslimin harus merujuk kepada Rasulullah saw. Karena tidak lah logis sebuah musyawarah terlaksana dengan tidak ada pendapat Rasulullah saw di dalamnya. Bahkan, termasuk buruk dalam pandan-gan umum ('urf) dan pembangkangan menurut syariat jika sebuah musyawarah dilakukan dengan tanpa merujuk kepada Rasulullah saw atau orang yang menempati kedudukannya, yaitu wali amri. Allah SWT berfirman, "Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri dari mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)." (QS. an-Nisa: 83)
Saya kira sekian yang dapat saya sampaikan,akhir kata Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Etika Islam dalam Berkarya dan Tujuannya

Kata karya berasal dari bahasa sansekerta, yang persamaan katanya adalah kerja, usaha dan ikhtiar.
Suruhan berkarya atau bekerja, tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW.
Allah berfirman:


Artinya:
”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (Q.S. Al-Qasas, 28: 77)

Rasulullah SAW bersabda:


Artinya:
”Bekerja mencari rezeki yang halal itu wajib bagi setiap muslim.” (H.R. Tabrani)

Setia pekerja muslim/muslimah hendaknya bekarya atau bekerja sesuai dengan etika islam, yaitu:
● Melandasi setiap kegiatan kerja dengan niat semata-mata ikhlas karena Allah untuk memperoleh ridho-nya.
● Mencintai pekerjaannya.
● Mengawali setiap kegiatan kerja dengan ucapan basmalah.
● Melaksanakan setiap kegiatan kerja dengan cara yang halal.
● Tidak melakukan kegiatan kerja yang bersifat mendurhakai Allah dan hukumnya yang haram.
● Tidak membebani diri dengan pekerjaan-pekerjaandiluar kemampuan.
● Memiliki sifat-sifat terpuji dan profesional dalam kerjanya.
● Memiliki sifat sabar.
● Menjaga keseimbangan antara kerja yang manfaatnya untuk kehidupan didunia dan ibadah kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di akhirat.