Drama ditulis dengan maksud dipentaskan. Jadi, kurang lengkap jika
naskah drama tidak dipentaskan. Kita dapat menikmati dan mengapresiasi
cerita drama secara lengkap melalui pementasan. Pementasan drama harus
melibatkan berbagai unsur pendukung. Unsur tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian besar, yaitu:
Unsur utama, yang terdiri atas sutradara, pemain, teknisi (pekerja panggung), dan penonton.
Unsur pendukung, yang terdiri atas pentas dan komposisinya, kostum, tata rias, pencahayaan, tata suara, dan ilustrasi musik.
Pada saat akan menganalisis pementasan drama kamu bukan hanya melihat
unsur utama dan unsur ceritanya saja (tokoh, konflik, latar, penggarapan
bahasa, tema, dan pesan), melainkan harus melihat unsur pendukung.
Berikut ini adalah langkah-langkah pementasan drama.
1. Menyusun naskah berdasarkan ide asli atau saduran dari kisah-kisah yang telah ada.
2. Lakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah yang akan
dimainkan. Tujuannya agar semua calon pemain memahami isi naskah yang
akan dimainkan itu.
3. Calon pemain membaca keseluruhan naskah sehingga dapat mengenal masing-masing peran.
4. Melakukan pemilihan peran (Casting). Tujuannya agar peran yang akan dimainkan desuai dengan kemampuan akting pemain.
5. Mendalami peran yang akan dimainkan. Pendalaman peran dilakukan
dengan mengadakan pengamatan di lapangan. Misalnya, kalau peran kita
sebagai seoarang tukang jamu, lakukanlah pengamatan terhadap kebiasaan
dan cara kehidupan para tukang jamu. Demikian pula jika kita berperan
sebagai seorang raja.
6. Sutradara mengatur teknis pentas, yakni dengan cara mengarahkan dan
mengatur pemain. Misalnya, dari mana seorang pemain itu harus muncul dan
dari mana mereka berada ketika dialog dimainkan (Blocking) .
7. Pemain menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pentas (Running).
8. Gladi Resik atau latihan terakhir sebelum pentas. Semua bermain dari awal sampai akhir pementasan tanpa ada kesalahan lagi.
9. Pementasan yang akan dilaksanakan harus dengan pemain dan dekor yang siap dan lengkap.
Berikut contoh naskah drama.
Jalan desa menuju sawah ladang. Pagi. Sambil berangkat ke sawah-ladang
masing-masing, warga desa bicara tentang kabar burung yang mereka dengar
Parmin : "Ah, yang bener. Jangan guyon, 'Wahyu."
Wahyu :"Bener,tanya saja kalau tidak percaya. Semua orang sudah tahu."
Parmin : "Kamu tahu dari siapa?"
Wahyu : "Dibilang semua orang sudah tahu, ya dari orang-orang."
Parmin : "Ya, tapi dari mana asal kabar itu?”
Wahyu : "Saya sendiri tidak tahu. Yang jelas, kabarnya Mbah Joyo akan segera pulang. Itu saja. Tuh, lihat Kamto. Tanya saja sama
dia. Kamto, sini dulu."
Kamto yang nongol dari sisi lain, mendekat.
Parmin : (Tidak Sabar) "Bener Kamto, Mbah Joyo segera pulang?"
Kamto : "Saya dengar begitu, tapi sebaiknya jangan percaya dulu."
Parmin :"Kenapa begitu?"
Kamto :"Karena kabarnya simpang siur. Dari sana lain, dari situ lain. Ada yang bilang begini, ada yang bilang begitu, ada yang
bilang begini-begitu”.
Parmin :"Ya, tapi bagaimana jelasnya? Jangan mutar-mutar begitu."
Dari arah lain muncul Sanwiradji.
Kamto : "Tunggu, tunggu. Kita tanya Kakek Sanwiradji dulu, coba."
Parmin : "Kek, dengan kabar soal Mbah Joyo?"
Sanwiradji : "Seneng?Ya, jelas seneng kalau Mbah Joyo pulang. Ini berita gembira. Kita harus syukuran nanti”.
Parmin : "Lo, jangan senang dulu, jangan syukuran dulu. Kabar itu benar apa tidak?"
Sanwiradji : "Eh, siapa bilang saya tidak gembira? Jelas saya gembira dong."
Pannin : "Lo, saya tahu Kakek gembira. Saya juga gembira kalau berita itu benar. Tapi, berita itu dari mana asalnya? Berita itu
bener atau tidak?”. Sanwiradji : "Apal"
Parmin : "Jelaskan, Kamto. Jelaskan."
Kamto : (Teriak) "Kakek dengar berita dari siapa?"
Sanwiradji : "Lo, kok dari siapa, ya dari Roh Suci pelindung Festival Topeng.
Konon, asal kita mau menebusnya dengan mengadakan selamatan seribu tumpeng, Mbah Joyo bakal dipulangkan."
Parmin : "Tunggu, tunggu .... Aduh, ini kok tidak keruan ceritanyal" (Kesal) "Sudahlah, teruskan ceritarrya Kek ..."
Sanwiradji : "Ya sudah, begitu saja. Kita tinggal selamatan. Parmin, jangan bilang
saya tidak senang ya?".
Parmin diam saja.
Dikutip dari drama Festival Topeng karya Budi Ros
Sumber: Lina Naskah Drama. 2005
Drama
Kata drama berasal dari kata Yunani, draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Jadi, kata drama dapat
diartikan sebagai perbuatan atau tindakan. Drama adalah karya sastra
yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud di pertunjukkan oleh
aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Drama yang
memiliki muatan sastra mulai ada pada 1926, yaitu dengan lahirnya karya
Rustam Effendi yang berjudul Bebasari.
Boen S. Umaryati membuat pembabakan drama sebagai berikut:
1. Periode I976-1942 (periode kebangkitan)
2. Periode 1942-1945 (periode pembangunan)
3. Periode 1945-1950 (periode awal perkembangan)
4. Periode 1950-1965 (periode perkembangan)
Pada periode kebangkitan, tema dan motif lakonnya sangat bersifat
kepahlawanan, pengungkapannya romantis dan idealistis. Sastrawan pada
masa ini adalah sebagai berkut
1. Rustam Efendi, karyanya Bebasari
2. Muhammad Yamin, karyanya Ken Arok dan Ken Dedes , Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
3. Sanusi Pane, karyanya Airlangga, Kertajaya, Sandhyakala Ning Majapahit, dan Manusia Baru
4. Armin Pane, karyanya Lukisan Masa dan Setahun di Bedahulu
Periode pembangunan merupakan periode yang produktif. Hal ini ditandai
pula dengan munculnya tema-tema romantis-realistis. Sastrawan pada masa
ini adalah sebagai berikut:
1. Dr. Abu Hanifah (El Hakim), karyanya Taufan di Atas Asia, Dewi Reni, dan lnsan Kamil.
2. Usmar Ismail, karyanya Citra, Libwan Seniman, dan Mutiara di Nusa
laut. Idrus, karyanya Jinak-jinak Merpati, Barang Tiada berharga, dan
Antara Bumi dan Langit.
Kamu tentu pernah menyaksikan pementasan drama di sekolahmu. Pementasan
drama di kelas biasanya mempertunjukan adegan yang pendek dengan naskah
yang singkat dan sederhana. Kamu dapat menulis sendiri naskah drama
tersebut. Namun, harus diingat waktu pementasan drama di sekolah,
apalagi di kelas waktunya sangat terbatas. Jadi hendaknya ditulis
pula naskah yang singkat dan sederhana. Pementasan drama di kelas biasanya terdiri atas satu babak saja.
Apabila kamu menyaksikan pementasan drama dengan naskah yang ditulis
oleh temanmu sendiri, tanggapan apa yang akan kamu berikan? Apa saja
yang perlu dibahas untuk menanggapi pementasan tersebut? Hal-hal yang
harus kamu perhatikan dan bahas antara lain sebagai berikut.
1. Apakah tema naskah menarik?
Tema yang diangkat untuk naskah drama pentas harus manarik. Hal tersebut
dimaksudkan agar dapat menarik perhatian umum. Tema harus tidak
ketinggalan (aptu det) zaman dan mampu memberikan kesan pada penonton.
2. Bagaimana akting para pemeran?
Akting/teknik berperan harus meyakinkan penonton, tidak boleh penonton
mengetahui bahwa yang dilakukan hanya sebatas pura-pura. Akting pemain
harus mampu membuat penonton yakin tentang segala sesuatu yang dilakukan
tokoh.
3. Apakah kerja sama dan kekompakan diterapkan dengan baik di atas panggung?
Pemain drama tidak boleh bersikap egois dan ingin menonjolkan diri
sendiri pada waktu pemetasan. Mereka harus kerja sama antarpemain karena
pertunjukan merupakan kerja bersama. Apabila pemain yang satu tidak
merespons pemain lain dengan baik, pementasan akan terlihat tidak
menarik.
4. Bagaimana kepaduan unsur pementasan tersebut?
Yang dimaksud kepaduan adalah kesesuaian antara cerita naskah dan akting
pemain, tata rias (mek ap), busana, musik, dan sebagainya. Apabila
unsur tersebut padu, pementasan drama menjadi satu kesatuan pertunjukan
yang menarik.
Senin, 23 April 2012
Pementasan Drama
Label:
Bahasa Indonesia,
Kelas XI,
Materi Kelas XI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar